Semenjak dulu saya selalu mengaku sebagai penggemar buku, tetapi saat sudah menjadi seorang ibu saya agak kesulitan untuk meluangkan waktu untuk membaca. Meskipun begitu, ketika Coach Marita Ningtyas memberikan tugas mengulas video di Blogspedia Coaching tetap saja hal yang pertama teringat adalah sebuah buku. Dan, buku itu berjudul Hujan Bulan Juni, sebuah karya dalam lima wahana.
Mengenal Lebih Dekat Hujan Bulan Juni, Sebuah Karya dalam Lima Wahana
Tugas video, tetapi teringatnya pada sebuah buku? Kok bisa begitu? Tentu saja bisa karena buku ini berawal dari puisi menjadi lagu, lalu komik, kemudian film. Jadi ada video trailer filmnya yang bisa disisipkan.
Puisi Fenomenal Sapardi
Hujan Bulan Juni adalah kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan Grasindo pada 1994. Kumpulan puisi ini memuat 102 puisi karya Sapardi yang ditulis tahun 1964 hingga 1994.
Beberapa puisi dalam kumpulan ini merupakan penerbitan ulang dari puisi-puisi yang pernah terbit dalam buku Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), dan Perahu Kertas (1984).
Judul kumpulan puisi ini diambil dari puisi yang ditulis Sapardi tahun 1989. Saat ini, Hujan Bulan Juni sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.
Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
(1989)
— Sapardi Djoko Damono
Lagu Gubahan dari Sebuah Puisi
Tak lama setelah Hujan Bulan Juni dibuat, puisi itu digubah oleh M. Umar Muslim, kemudian direkam-nyanyikan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo.
Lagu tersebut merupakan salah satu materi dalam album musikalisasi puisi Sapardi berjudul Hujan Bulan Juni yang proyeknya disponsori oleh Ford Foundation. Album itu sempat beberapa kali dirilis ulang karena laku di pasaran.
Tak berhenti di situ, beberapa lagu di album tersebut juga sempat menjadi bahan utama lomba musikalisasi puisi yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Termasuk ketika musikalisasi Aku Ingin juga sempat dibawakan ulang oleh Ratna Octaviani, dan menjadi soundtrack film Cinta dalam Sepotong Roti (1991) yang semakin membawa puisi-puisi Sapardi melambung dan dinikmati kalangan lebih luas.
Komik Sebagai Interpretasi dari Sebuah Puisi
Dalam 12 bagian gambar, Mansjur Daman menginterpretasi puisi Sapardi dengan tiga tokoh: seorang perempuan berkursi roda, lelaki bertopi dan berkaca mata, serta seorang sopir.
Kisahnya, dalam suasana hujan seorang perempuan berziarah ke pemakaman diantar sopir. Sementara lelaki bertopi mengamatinya dari kejauhan.
Seikat bunga diletakkan pada sebuah pusara oleh perempuan di atas kursi roda. Tak lama lelaki bertopi mengambilnya. Peristiwa singkat itu terjadi di bawah guyuran hujan bulan Juni.
Itulah tafsir visual Man terhadap puisi. Ia tak hanya melakukan proses transformasi teks menjadi suguhan visual, tetapi mereka-reka tokoh lelaki bertopi dan berkaca mata. Tokoh itu sekilas mirip perawakan sang penyair, Sapardi Djoko Damono.
Related:
Perjalanan The Big Why on Blogging dan Manajemen Waktunya
Nita, Sang Penangkap dan Penebar Inspirasi lewat Tulisan
Sosok Pembaca Setia Ulasan Monica by Monica Rasmona
Film Adaptasi dari Novel Masyhur
Hujan Bulan Juni adalah film Indonesia 2017 yang disutradarai oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra. Film tersebut diproduksi oleh Sinema Imaji dan Starvision Plus.
Sebagian besar syutingnya di Sulawesi Utara, antara lain Universitas Sam Ratulangi di Manado, Danau Tondano di Minahasa, dan Pantai Kanada di Likupang. Sisanya berlangsung di Jakarta.
Film ini dialihwahanakan dari novel best seller karya legenda Sapardi Djoko Damono.
- Sutradara: Hestu Saputra
- Produser : Chand Parwez Servia, Avesina Soebli, dan Tina Talisa.
- Penulis: Titien Wattimena
- Didasarkan dari: Novel "Hujan Bulan Juni" oleh Sapardi Djoko Damono
- Pemeran: Adipati Dolken, Velove Vexia, Baim Wong, Surya Saputra, Koutaro Kakimoto, Ira Wibowo, Sundari Soekotjo, Jajang C. Noer, Andibachtiar Yusuf, Widi Dwinanda, Sapardi Djoko Damono.
- Penata musik: Andhika Triyadi
- Sinematografer: Faozan Rizal
- Penyunting: Ryan Purwoko
- Perusahaan produksi: Sinema Imaji dan Starvision Plus.
- Distributor: Starvision Plus
- Tanggal rilis Indonesia: 2 November 2017
- Durasi: 96 menit
- Negara: Indonesia
- Bahasa: Bahasa Indonesia
Lagu tema berjudul Hujan Bulan Juni dinyanyikan oleh Ghaitsa Kenang serta Monita Tahalea menyumbangkan lagu Memulai Kembali.
Film tersebut menampilkan Velove Vexia (berperan "Pingkan") dan Widi Dwinanda (berperan "Dewi"). Film tersebut dirilis pada 2 November 2017.
Berikut cuplikan trailer filmnya yang bikin penasaran:
Novel Hujan Bulan Juni
Wahana yang inilah yang akan saya ulas, untuk film belum saya tonton. Di tugas Blogspedia Coaching sebelumnya, saya mengatakan akan segera mengulas sebuah buku. Namun, saya sendiri tidak menyangka ternyata sesegera ini. Alhamdulillah ucapan adalah doa. Let's check this out.
Deskripsi
- Judul: Hujan Bulan Juni
- Penulis: Sapardi Djoko Damono
- Tebal: 135 halaman
- Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
- Cetakan ketujuhbelas: Juni 2019
Blurb
Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerindunnya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin.
Sinopsis
Sarwono dan Pingkan mempunyai hubungan tersirat di atas berbagai perbedaan. Bukannya mereka tidak menyadari itu, tetapi mereka lebih memilih untuk menjalin kasih sayang tanpa memedulikan hal lain di luar kasih sayang.
Untuk beberapa saat itu berhasil, sampai kemudian lelaki Jawa dan perempuan Manado-Jawa itu melakukan perjalanan dinas ke kampung halaman ayah Pingkan.
Mereka berdua berasal dari Solo. Semenjak remaja sudah saling mengenal karena Sarwono ini merupakan sahabat kakak lelaki Pingkan. Dan, Takdir menuliskan kemudian mereka sama,-sama merantau ke Jakarta menjadi dosen yang cemerlang. Sarwono dosen Antropologi, sedangkan Pingkan Dosen Sastra Jepang.
Perjalanan mereka ke bagian utara Indonesia itu demi kepentingan kampus, tetapi Pingkan sekalian mampir ke rumah para kerabat, Sarwono turut serta. Di sanalah mereka melihat bahwa orang lain menganggap hubungan mereka itu sebuah masalah.
Sarwono dan Pingkan mulai menghayati hubungan yang telah dijalin rapi dari dulu, haruskah itu dirombak? Ditambah Pingkan akan berangkat ke Jepang selama beberapa tahun untuk belajar.
Selain itu, Sarwono mulai merasakan tubuhnya melemah. Dari kecil kesehatannya memang bermasalah, apalagi kini dia sering mendapat tugas penelitian lapangan keliling Indoneia.
Apakah jarak antara Jakarta-Kyoto akan merontokkan kasih sayang yang dijalin diatas perbedaan itu? Atau malah membuatnya semakin kuat? Cari tahu jawabannya di novel Hujan Bulan Juni ya.
Ulasan
Jumlah halaman di novel ini sedikit saja, hanya 135. Namun, setiap lembarnya padat akan pergolakan batin dan kaya akan diksi. Wajar saya karena penulisnya merupakan penyair masyhur, Sapardi Djoko Damono.
Paragrafnya panjang dan banyak istilah yang asing bagi saya, sehingga otakku yang sudah emak-emak ini agak sulit memahami dan sering terdistraksi. Namun, itu sama sekali tidak membosankan karena keindahan kata dan kecepatan adegan yang mendominasi.
Ini kisah dua orang dewasa, sama sekali tidak cengeng. Meski masalah-masalah yang menghadang bisa dikatakan cukup besar, tetapi respons keduanya bijak dan kerap diselingi candaan.
Untuk endingnya, penulis menyisipkan sebuah puisi. Pembaca diajak untuk menyelami apa yang terjadi kemudian tanpa kata-kata yang tersurat. Saya suka ending cerita yang seperti ini. Kalau kamu?
Penutup
Keagungan Hujan Bulan Juni ini menyisipkan rasa kerdil di hati saya. Apakah pantas saya membahasnya? Rasanya tidak, tetapi kemudian saya teringat kata-kata Sapardi Djoko Damono bahwa arti sebuah puisi (karya) ia serahkan kepada pembaca untuk memaknainya sendiri.
Berbekal itu saya memberanikan mengulas novel yang saya suka ini, merangkum dan memaknainya secara singkat sesuai apa yang saya pahami dalam goresan Hujan Bulan Juni, sebuah karya dalam lima wahana ini.
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hujan_Bulan_Juni_(kumpulan_puisi)
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kumparannews/sapardi-dan-kisahnya-tentang-hujan-bulan-juni-1GJCQp
https://muda.kompas.id/baca/2013/04/14/komik-hujan-bulan-juni-di-tangan-man/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hujan_Bulan_Juni_(film)
Belum pernah baca nih, tapi jadi penasaran banget nonton filmnya nih aku, otw ahhh nonton
ReplyDeleteAku juga belum nonton, nih. Penasaran.
Deletekayaknya seru nih novelnya. toko ternyaman buat nongkrong adalah toko buku... obat tidur termanjur adalah baca buku. hehe
ReplyDeleteBener banget. Baru dua lembar udah langsung ngantuk. ðŸ¤
DeleteLengkap sekali Kak, reviewnya.. novel Hujan bulan Juni ini sudah ada di rak gramedia digitalku sejak bulan April tapi belum kubaca huhuhu.. setelah baca review ini aku jadi pengen baca...
ReplyDeleteYuk dibaca, Kak. Bukunya tipis kok.
DeleteWah, aku langsung meleleh pas baca puisinya. Hmm cakep banget ..... Aku jarang baca buku puisi sama novel. Tapi pas baca artikel ini jadi ngerasa wah keren banget kata-kata dan maknanya. Dalem banget .... Suka banget sama artikel ini aku. Makasih ya Mba.
ReplyDeleteAku juga kurang paham puisi. Kalau novel, sekarang agak susah nyari waktu untuk bacanya.
DeleteAku juga penikmat karyanya Sapardi Djoko Damono mbak, tapi belum nonton filmnya. Makasih ya mbak mau aku tonton filmnya nih wkwk
ReplyDeleteSelamat menonton. 💜
DeleteAku tau lagunya aja ini. Puisi yg dilagukan. Soalnya temenku penikmat lagu hujan di bulan juni ini. Eh baru tau loh ada film nya.
ReplyDeletejujurly aku blm baca bukunya tp aku tertarik sm cara reviewnya Kakak, lengkap sekali :)
ReplyDeleteditunggu review buku lainnya ya Kakkk.
Novel klasik yang tak pernah pudar pesonanya, good mba
ReplyDeleteYaa ampun. Aku kalau lagi ada gitar di sampingku, langsung tak nyanyiin inilagu. Sendu dan daleeem banget maknanya :"D ternyata udah ada filmnya juga ya. Hmm penasaran mau nonton langsung deh.
ReplyDelete